By; Mln. Arif Rahman Hakim, Qadian – India.
Saya telah membaca satu bagian yang begitu bagus. Sudah beberapa tahun ini saya mencari buku ini, beberapa teman juga menyarankan bahwa referensi seperti inilah yang diperlukan untuk menjawab buku ‘Asyarah Kamilah’.
Khalifatul Masih Tsani ra
Tafheemat-e-Rabbaniyah ( تفہیمات ربّانیّہ) adalah sebuah buku yang dikompilasi oleh Maulana Abul ‘Ata Sahib Jalandhari[1] berisi tentang dalil-dalil kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as. yang didukung oleh dukungan-dukungan Ilahi baik itu dari Alqur’an, Hadis dan sabda-sabda ulama salaf. Buku ini dikompilasi untuk menjawab keberatan-keberatan atas ke-Mahdi-an, ke-Masih-an dan nubuwwat Hadhrat Masih Mau’ud as dari kalangan ulama ghair Ahmadi dalam buku “Asyarah Kamilah” (Sepuluh Kesempurnaan).
‘Asyarah Kamilah’ diterbitkan oleh Naib Tehsildar[2], Munshi Muhammad Yaqub Sahib. Beliau inilah yang mengompilasikan semua keberatan-keberatan dari para penentang Hadhrat Masih Mau’ud as. Seperti Maulvi Sanaullah Amritsari, Pir Bakhsh Lahori, Maulvi Muhammad Husain Batalwi, dan lain sebagainya. Keberatan-keberatan yang dikumpulkan dalam bukunya bukanlah keberatan-keberatan yang baru melainkan keberatan-keberatan lama atau tuduhan-tuduhan usang yang sebenarnya sudah dijawab oleh Hadhrat Masih Mau’ud as sendiri. Seyogyanya buku ini bukanlah suatu yang perlu diberikan perhatian khusus akan tetapi banyak masyarakat awam yang tidak memahami tentang keberatan-keberatan ini justru akan menganggap buku ini spesial sehingga Maulana Abul ‘Ata Jalandhari Sahib merasa sangat perlu untuk mengcounter buku tersebut. Disebabkan oleh penerbitan buku ‘Asyarah Kamilah’ inilah Munshi Muhammad Yaqub Sahib pun menjadi terkenal sehingga orang-orang pun beranggapan bahwa sampai kiamat pun orang-orang Ahmadi Qadiani tidak akan mampu menjawab buku ini.
Pada penerbitan awal buku ‘Asyarah Kamilah’, dari kalangan jemaat belum terlalu diperhatikan sehinga menjadikan kesempatan bagi penerbit untuk mengoreksi kesalahan-kesalahan rujukan fatal pada terbitan pertama buku ini. Kemudian hasil koreksi itu pun dicetak dan diterbitkan kembali. Kemudian, pada penerbitan ketiga buku ‘Asyarah Kamilah’ oleh mereka isi buku tersebut dibagi dalam sepuluh (10) bab. Pada setiap bab, kira-kira sepuluh (10) keberatan-keberatan pokok yang dicantumkan di dalamnya. Oleh karena itu, Hadhrat Maulana Abul ‘Ata Jalandhari pun menjawab keberatan-keberatan tersebut sesuai dengan bab-nya masing-masing. Kemudian dikarenakan dalam beberapa bagian terdapat keberatan-keberatan yang tidak berkaitan dengan judul bab-nya maka beliau menjawab persoalan-persoalan tersebut secara terpisah dan menambahkan bab tersendiri pada bab kesebelas, yaitu untuk jawaban-jawaban persoalan-persoalan penting. Kemudian pada bab kedua belas beliau memaparkan berkenaan dengan dalil-dalil kewafatan Isa as, kedudukan nubuwwat ghair tasyri’i dan kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud as secara ringkas. Berdasarkan sistematika ini, kita berkesempatan untuk menelaah secara menyeluruh atas persoalan-persoalan yang kontroversi.
Dalam mengompilasikan buku Tafheemat-e-Rabbaniyah ini, Maulana Abul ‘Ata Jalandhari berusaha untuk menggunakan kata-kata yang sangat beradab, walaupun penentang di berbagai tempat dalam bukunya menggunakan kata-kata kotor. Hal ini karena beliau mengingat apa yang dinasihatkan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as. bahwa dalam keadaan apa pun,
گالیاں سن کر دعا دو پاکے دکھ آرام دو
کِبر کی عادت جو دیکھو تم دکھاؤ انکسار
Setelah mendengar caci makian maka doakanlah, tenangkanlah mereka dengan kedukaan
Lihatlah kebiasaan orang-orang sombong, maka perlihatkanlah oleh kalian kerendah-hatian.
Yang maksudnya bahwa janganlah hendaknya kita membalas caci makian dengan caci makian juga melainkan balaslah dengan mendoakan kebaikan mereka, mereka biasanya akan tenang ketika melihat kita memperoleh kedukaan setelah mereka menghina dan mencaci maki kita. Kebiasaan orang-orang sombong adalah memperlihatkan seberapa besar keunggulan mereka, maka dari itu kewajiban kita adalah memperlihatkan kerendah-hatian di hadapan mereka sehingga mereka akan berpikir untuk meninggalkan ketakaburan mereka dan menjadi orang-orang yang rendah hati.
Kemudian dalam pengantarnya, Maulana Abul ‘Ata Jalandhari mengutarakan bahwa beliau tidak mengumpulkan dan mengompilasikan buku ini begitu saja dengan sendirian melainkan juga meminta pendapat dan bermusyawarah dengan ulama Ahmadi lainnya pada saat itu tentang jawaban-jawaban yang akan beliau berikan.
Selanjutnya, berkenaan dengan judul buku ini yaitu “TAFHEEMAT-E-RABBANIYAH” merupakan pemberian langsung oleh Khalifatul Masih II ra, Beliau bersabda;
“Sayalah yang telah menamainya (buku ini) Tafheemat-e-Rabbaniyah (sebelum pencetakan). Saya telah membaca satu bagian yang begitu bagus. Sudah beberapa tahun ini saya mencari buku ini, beberapa teman juga menyarankan bahwa referensi seperti inilah yang diperlukan untuk menjawab buku ‘Asyarah Kamilah’. Sekarang dengan karunia Ilahi, untuk menjawabnya literatur hebat telah siap. Hendaknya para sahabat mengambil manfaat darinya dan hendaknya segera mencetaknya.” (Al-Fazl, 13 Januari 1931)
Jawaban-jawaban yang ada di dalam buku ini, InsyaAllah, akan penulis sampaikan selanjutnya secara bertahap. Semoga Allah Ta’ala memberikan karunia kesehatan jasmani maupun ruhani sehingga saya dapat memaparkan secara ringkas jawaban-jawaban yang beliau jelaskan dalam buku ini. Aamiin Allahumma Aamiin
[1] Mln. Abul ‘Ata Jalandhari merupakan murid spesial sahabat Masih Mau’ud as yakni Hadhrat Hafiz Roshan Ali Sahib ra. Beliau adalah murabbi silsilah pada zaman Khalifatul Masih II ra yang diutus bertugas ke negara Arab di usia 27 tahun pada tahun 1931.
[2] Tehsildar merupakan seorang Magistrat/Hakim/Advokat yang mengurusi hukum dan inventaris-inventaris kekayaan negara baik itu tanah, bangunan, dan lain sebagainya dalam lingkup perangkat negara yang lebih kecil seperti desa, kota atau kecamatan.