By: Mln. Harpan Aziz Ahmad, Kepulauan Seribu – DKI Jakart.
Sebagaimana telah saya katakan bahwa melalui siaran TV mereka berusaha merusak akhlaqiyyat dan amal-amal saleh manusia. Selain itu internet dan juga benda-benda lainnya.
Hazrat Khalifatul Masih Khamis Atba
Adalah suatu hal yang zahir di hadapan kita bahwa Teknologi telah hadir demikian sangat dekat dengan kehidupan manusia. Di zaman ini, hampir semua aktifitas manusia tidak ada yang tidak bersentuhan dengan teknologi atau dapat dikatakan sudah sampai pada taraf tidak bisa lepas dari tekhnologi, tekhnologi tidak hanya menjadi trend tetapi sudah menjadi kebutuhan hidup masa kini.
Pada satu sisi kemajuan teknologi memang telah sedemikian rupa membantu manusia dengan memberikan kemudahan bagi pemenuhan kebutuhannya. Namun disadari ataupun tidak disamping manfaat-manfaatnya, kemajuan tekhnologi pun pada titik tertentu bisa menjadi penyebab dari tercipta atau tersebarnya keburukan. Apakah itu perubahan prilaku atau akhlak yang baik kepada prilaku tidak baik atau cenderung buruk, bahkan pada kasus tertentu kemajuan tekhnologi bisa menjadi sebab kerusakan yang fatal pada tatanan jasmani maupun ruhani.
Untuk itu maka perlu langkah, butuh upaya dan sikap yang tepat untuk menyikapi kemajuan tekhnologi tersebut, agar kemudian kemajuan tekhnologi ini menjadi sarana peningkatan dan perbaiakan bagi kita, bukan malah sebaliknya menjadi sarana keterjerumusan kita kepada keburukan dan dosa.
Gambaran singkat dampak buruk teknologi
Dari sekian banyak jenis tekhnologi, internet merupakan kemajuan tekhnologi informasi terkini yang keberadaannya demikian melekat dan nyata memberikan pengaruhnya –baik pengaruh positif dan negatif– yang demikian besar bagi kehidupan masyarakat.
Kita tentu tidak akan berkeberatan dengan dampak yang bersifat positif, karena yang perlu menjadi perhatian kita adalah mewaspadai bahkan menghindari efek-efek negatifnya. Internet pada satu sisi punya manfaat yang besar bagi pendidikan, penelitian, niaga, dan aspek kehidupan lainnya. Namun pada sisi lain internet memiliki space yang tidak berguna bahkan sangat buruk. Di antara keburukan-keburukan itu misalnya; Pornografi, ada catatan penting terkait hal ini yakni sesuai survei disebutkan bahwa 90% anak di seluruh Indonesia telah mengakses pornografi melalui internet.[1] Keburukan lainnya adalah Adiksi (Kecanduan) dunia maya; hal ini merupakan dampak seseorang berlebihan untuk menjalin interaksi di dunia maya, sehingga seolah-olah di tidak bisa hidup tanpa itu. Dia tidak peduli dengan kondisi sekitarnya, bahkan seseorang bisa melupakan dunia nyatanya. Selain itu dampak-dampak buruk dari internet juga ialah perjudian, penipuan, penculikan, pertengkaran, sampai dengan tindak kekejaman.
Jadi memang berbeda dengan tekhnologi lainnya yang mensyaratkan niat untuk mengakses keburukan. Dalam dunia maya tanpa adanya niat-pun semua keburukan itu tampil dan ditawarkan, sehingga dengan hanya satu klik kekeliruan saja bisa menjerumuskan kita pada banyak bahaya, keburukan dan dosa.
Langkah apa yang dapat diambil untuk menghidar dari dampak buruk tersebut?
Menyadari akan bahaya tersebut maka kita tentu harus berupaya membentengi diri agar jangan sampai keburukan atau dampak-dampak negatif dari tekhnologi informasi ini merugikan kita, menjerumuskan kita kepada keburukan-keburukan atau fitnah-fitnah dunia. Lantas upaya apa yang harus dilakukan untuk menjaga diri, untuk membentengi diri dari keburukan-keburukan itu?
Saya ingin menarik bahasan ini kepada sebuah mimpi dari Hazrat Muslih Mau’ud, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra. Dalam mimpi itu beliau dihadapkan dengan seekor ular raksasa yang menyeramkan yang siap untuk menyerang beliau. Hazrat Muslih Mau’ud berfikir bahwa tidak ada cara dan sarana untuk menghindar, apa lagi melawan ular raksasa itu. Di tengah kondisi yang sulit itu, beliau kemudian mengangkat tangan dan berdoa kepada Allah Ta’ala. Setelah beliau berdoa maka layaknya es yang meleleh ditempa terik matahari, demikian pulalah binasanya ular raksasa itu. Ia mencair dan kemudian hilang binasa dikarenakan doa-doa beliau.
Dari kisah ini, kita mengetahui bahwa mimpi Hazrat Muslih Mau’ud ra itu adalah isyarah, dimana ular raksasa itu merupakan perlambang dari keburukan-keburukan dan fitnah-fitnah dunia, dan sarana untuk meraih keselamatan dari keburukan itu adalah kepatuhan dan taat pada nasehat dan seruan-seruan dari Khalifah-e waqt serta meraih keberkatan dari doa-doa beliau. Khilafah adalah tali Allah yang Dia julurkan ke bumi, karenanya maka penting untuk mengetahui apa nasehat-nasehat beliau dan himbauan-himbauan beliau yang kemudian harus kita patuhi dan kita laksanakan.
Langkah pertama; Menjalin hubungan yang erat dengan Allah Ta’ala
Terkait dengan dampak buruk dari tekhnologi dan apa saja langkah perlu ditempuh oeh kita? Hazrat Khalifatul Masih Khamis Atba dalam salah satu khutbahnya menasehatkan;
“Kita semua harus berhati-hati sekali. Sambil memahami maksud dan tujuan kebangkitan Hadhrat Masih Mau’ud as kita harus menaruh perhatian khusus terhadap amal perbuatan kita. Barulah kita dapat memenuhi tuntutan perlunya penjagaan terhadap diri kita. Khususnya orang-orang tua harus menjaga dan mengawasi para pemuda dan anak-anak mereka. Anak-anak muda sendiri harus berhati-hati menjaga diri dari barang terlarang itu. Zaman sekarang musuh-musuh langsung masuk kedalam rumah-rumah sambil menyebarkan akhlak yang buruk dan berusaha merusak amal perbuatan setiap orang. Sebagaimana telah saya katakan bahwa melalui siaran TV mereka berusaha merusak akhlaqiyyat dan amal-amal saleh manusia. Selain itu internet dan juga benda-benda lainnya. Jika kita tidak bangkit dan bersatu-padu melakukan jihad menanggulangi masalah ini, maka untuk perbaikan amal dan untuk menyelamatkan diri dari padanya tidak ada jalan lain kecuali kita memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala. Kita harus berseru kepada Tuhan barulah kita akan selamat, tidak cukup hanya dengan mengatakan, “Saya meyakini Tuhan.” Bahkan kita harus menciptakan hubungan yang erat dengan Tuhan.”[2]
Jadi fitnah-fitnah atau Keburukan-keburukan yang zahir pada masa ini juga merupakan jalan bagi setan untuk menyesatkan orang-orang yang beriman. Dan tanpa memiliki kedekatan dengan Tuhan, menjalin hubungan yang erat denganNya dan memohon pertolongannya, manusia tidak mungkin mampu untuk menyelamatkan diri dari gangguan-gangguan itu. Dan saran terbaik untuk itu adalah dengan senantiasa menegakkan hak-hakNya, salah satu yang terpenting adalah shalat. Innash-sholaata tanha ‘anil fahsya-I wal munkar bahwa shalat mencegah dari keburukan dan kemungkaran>
Karenanya, para orang tua penting mengarahkan anak-anaknya kearah ini, sambil mengambil langkah-langkah zahir untuk menjaga anggota keluarga mereka dari keburukan-keburukan tersebut.
Langkah kedua; Menggunakan sarana dan potensi yang dimiliki semata-mata untuk kebaikan.
Hazrat Khalifatul Masih Khamis Atba juga menyampaikan: “Ini adalah ihsan Hadhrat Masih Mau’ud as pada kita bahwa beliau telah berulang kali menunjukkan kita jalan menuju maqam-maqam tinggi yang membawa kedekatan kepada Allah. Tentu saja, setiap orang memiliki tingkat kesalehan, firasat dan pemahaman yang berbeda. Karena itulah diperintahkan bahwa setiap orang harus berusaha sebaik kemampuan masing-masing untuk memenuhi perjanjian yang dibuat kepada Allah. Jika setiap orang mukmin berusaha dalam hal ini ia akan menjadi orang yang menjalankan ketakwaan. Penggunaan tangan, kaki, telinga dan mata secara tepat telah diperintahkan dan menghindari apa pun yang telah dilarang adalah wajib”.[3]
Dari nasehat Huzur ini, kita telah diingatkan tentang pengendalian diri dan berupaya sekuat kemampuan kita untuk menggunakan potensi-potensi yang kita miliki; apakah itu tangan, kaki, mata, telinga dan lain sebagainya untuk hal-hal yang baik dan selaras dengan ketentuan atau hukum Tuhan. Jika hal ini kita bawa kepada konteks menyikapi kemajuan teknologi, maka orang beriman tidak akan terlibat dalam segala bentuk kesia-siaan atau hal-hal laghau yang ditimbulkannya, Dan sebisa mungkin memanfaatkan tekhnologi semata-mata untuk kemaslahatan dan kebaikan.
Ya, selain penggunaan internet untuk kebutuhan-kebutuhan riset, pekerjaan atau tugas-tugas pendidikan, kita juga bisa memanfaatkannya sebagai sarana kebaikan lainnya seperti tabligh. menshare konten-konten yang positif dan lain sebagainya. Saat ini ada banyak akun dengan konten-konten menarik yang telah dibuat oleh Jemaat sebagai representasi tabligh Islam, dan sebagai Ahmadi tentu kita punya tanggungjawab untuk turut andil dalam penyebarluasannya.
Langkah ketiga; Memiliki pemahaman yang benar terkait dampak baik dan buruknya suatu perbuatan
Huzur Atba bersabda, “Tarikan dan kenyamanan dunia ini hendaknya tidak menjadi segalanya. Sebaliknya, orang harus melihat apa yang telah ia lakukan untuk mencari keridhaan Allah karena ini adalah perbuatan yang akan bermanfaat dalam kehidupan berikutnya. Sementara tarikan, kenyamanan dan kesenangan di dunia ini akan tetap tinggal di sini. Orang harus mengintrospeksi diri; akar dosa (ialah) ketika manusia tidak peduli dan melupakan Tuhan. Jika orang mengharapkan berkat-berkat yang kekal dia hendaknya mengikuti jalan Tuhan”.
Dalam tatanan kehidupan yang dikatakan modern ini, cara pandang manusia dalam banyak hal biasanya terikat pada suatu pola transaksi “untung-rugi”. Tidak ada orang yang akan menyerahkan kesenangan dirinya kecuali atas dasar adanya kepastian bahwa dalam pertukaran itu ia akan memperoleh lebih dari yang telah dikorbankan. Misalkan; seorang anak kecil akan rela menahan atau menukar kesenagannya untuk becek-becekan, main air di saat hujan karena bujuk rayu orang tuanya, “Nak jangan main becek-becekan ya, nanti ayah kasih coklat.” Maka dengan rela hati si anak tidak akan main kotor-kotoran saat hujan. Cara pandang ini dapat diterapkan dalam membentengi diri dari pengaruh-pengaruh buruk tekhnologi.
Yang harus dilakukan oleh seorang yang beriman ialah mengarahkan pandangannya kepada berkat-berkat yang kekal, berkat-berkat yang abadi yang dijanjikan oleh Allah kepada mereka yang berjalan di atas jalan kebaikan. Berbarengan dengan itu ia pun harus menyadari betapa tak berartinya segala kesenangan sementara yang ditawarkan oleh dunia. Dengan memiliki pemikiran seperti ini maka insyaAllah kita tidak akan terjerumus kepada keburukan.
Jadi demikianlah langkah-langkah yang dapat diupayakan oleh setiap kita untuk menghindar dari pengaruh-pengaruh buruk kemajuan zaman, yang tanpa adanya upaya keras kearah itu maka kita tidak mungkin mampu menghindar, kita tidak mungkin dapat selamat.
Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan kita kemampuan untuk terus melangkah dalam kebaikan yang senatiasa khalifah serukan kepada kita, yang karenanya kita akan terhindar dari segala fitnah dan keburukan. Dan sejalan dengan itu, semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa mendapatkan keberkatan dari doa-doa khalifah kita dan terhindar dari segala fitnah dan keburukan-keburukan zaman. Aamiin Tsumma Aamiin
[1] Jurnalbandung.com, juli 29, 2016
[2] Khutbah Jum’at, 30 Maret 2012.
[3] Khutbah Jum’ah, 3 Mei 2013