Saat ini umat Islam di seluruh dunia sedang melaksanakan ibadah puasa Ramadan. Khusus di Indonesia, suasana Ramadan sangat terasa meriah. Wajar saja demikian karena negeri ini berpenduduk muslim terbanyak di muka bumi. Kemeriahan bulan Ramadan yang ada di Indonesia mungkin akan sulit ditemukan di negeri lain. Terlebih jika muslim di negara tersebut terbilang minoritas.
Namun tahukah kalian, bahwa tradisi puasa sebetulnya tidak hanya dilakukan oleh kaum muslimin saja. Semua agama juga melaksanakannya. Tentu dengan caranya masing-masing sesuai dengan ajaran yang diyakininya.
Tidak hanya itu, puasa juga termaktub dalam kitab-kitab suci agama-agama selain Islam. Hal ini memperkuat dalil Al-Quran yang menyatakan bahwa perintah puasa telah diwajibkan kepada kaum-kaum sebelum Islam datang.
Berikut ini beberapa dalil mengenai puasa yang tercantum dalam kitab suci berbagai agama.
1. Al-Qur’an (Islam)
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Al-Baqarah: 184)
2. Taurat (Yahudi)
“Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?” (Yesaya 58:5)
3. Injil (Kristen)
“Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6: 16-18)
4. Kitab Si Shu (Khonghucu)
”Demikianlah menjadikan umat manusia di dunia berpuasa, membersihkan hati dan mengenakan pakaian lengkap sujud bersembahyang kepadaNya. Sungguh Maha Besar Dia, terasakan di atas dan di kanan-kiri kita.” (SS.VII:13)
5. Paritta Suci (Buddha)
“Saya melatih diri menghindari pembunuhan, saya melatih diri menghindari pencurian, saya melatih diri menghindari aktivitas seksual dan hidup selibat, saya melatih diri menghindari ucapan salah, saya melatih diri menghindari minuman yang memabukan, saya melatih diri menghindari makan tidak pada waktu yang tepat, saya melatih diri menghindari tarian, nyanyian, musik, hiburan tidak pantas, perhiasan, kosmetik dan parfum dan saya melatih diri menghindari tempat duduk serta tempat tidur yang tinggi dan mewah.” (Paritta suci, Atthangasila:59)
6. Weda (Hindu)
“Perbuatan korban suci, kedermawanan dan pertapaan tidak boleh ditinggalkan; kegiatan itu harus dilakukan. Roh-roh mulia sekalipun disucikan oleh korban suci, kedermawanan dan pertapaan.” (Bhagawad Gita XVIII.5)