Oleh : Hibatun Naeem
Kita sebagai perempuan pasti kenal situasi ini, berkaca di pagi hari lalu merasa ada yang kurang, beberapa dari kita mengeluh dan menyesali diri, kenapa sih kemarin makan banyak banget, jadinya kelihatan lebih gendut.
Perasaan insecure bukan hal aneh untuk kita yang perempuan, beberapa orang bahkan rela menempuh bahaya demi badan yang lebih singset, kulit yang lebih putih, dan demi bagian-bagian lain untuk lebih bagus lagi. Kita berusaha mengejar nilai cantik yang disematkan oleh masyarakat yang sama-sama manusia.
Padahal, Allah tidak pernah menetapkan standar cantik dari rupa. Semua manusia sama yang membedakan hanyalah ketakwaannya serta hati dan amal ibadahnya, seperti yang tertuang dalam hadits berikut ini:
“Sungguh Allah tidak melihat rupa dan harta kalian, melainkan melihat hati dan amal kalian” HR. Muslim No: 2564
Kita sering tergelincir pada hal-hal kecil, termasuk tidak bersyukurnya kita pada saat bercermin, melihat wajah dengan sedikit kerutan kita menghela napas, melihat kulit agak gelap kita merenung sebentar, pada waktu sekian detik kita sempat berpikir andai kulitku terus mulus, andai kulitku lebih terang.
Kita tanpa sadar punya bagian-bagian tubuh yang seandainya ditanya bagian mana dari tubuhmu yang ingin kau ubah, kita sudah punya jawabannya. Padahal, tubuh perempuan adalah cerita perjuangan. Bukan hanya perjuangan sebagai penampung siklus kehidupan, tetapi perjuangan melawan stigma dan nilai-nilai yang tak masuk akal. Seperti perempuan yang cantik itu adalah perempuan yang langsing, kulit putih cerah, wajah mulus bagaikan porselen dengan tubuh yang semampai.
Padahal Allah menciptakan manusia berbeda-beda, cantik pun berbeda-beda, semua perempuan cantik begitu adanya. Tak ada perempuan yang lebih cantik dari pada perempuan lainnya, yang lebih hebat di mata Allah hanyalah dia yang ketakwaannya lebih besar.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan berbangsa-bangsa,dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orng yg paling mulia di antaramu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal.” (Q.S al hujuraat: 13)
Kita, lagi-lagi tanpa sadar, suka menempatkan komentar negatif mengenai tubuh pada basa-basi saat bertemu. Misal, “Kok kamu gendutan ya sekarang?” atau “Aduh jerawatan ya mukanya.” Padahal ada pertanyaan lain bisa diajukan, contohnya, “Sibuk apa sekarang?” atau “Sudah lama tidak bertemu, bagaimana kabarnya?”
Kita perlu mencintai diri kita apa adanya. Namun, istilah self love yang selama ini digaungkan, bukan pula untuk jadi alasan kita untuk tenggelam dalam kebiasaan yang tidak baik. Misalnya selama ini kita tidak olah raga. Padahal, karena malas tetapi kita menggunakan istilah self love sebagai alasan menghindari olah raga. Kalau begitu sih bukannya self love, artinya kita tidak menghargai apa yang sudah Allah titipkan pada kita, yaitu tubuh, yang awalnya sehat tentu harus kita jaga sebagai wujud rasa syukur pada Allah Ta’ala.
Jadi bersyukur tadi bisa diwujudkan dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan mencintai diri kita sepenuhnya. Menerima bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diubah dan memang begitulah diciptakannya, tetap indah sesuai fungsinya. Dan dengan mengubah kebiasaan atas apa-apa yang harus kita usahakan kebaikannya, seperti kesehatan, menjaga agar tubuh berjalan sesuai pada fungsinya.
Sesuai dengan sabda Khalifatul Masih V, Hz. Mirza Masroor Ahmad atba dalam Khutbah Jumat 23 April 2010 “Kesehatan yang baik adalah anugrah Tuhan, kita harus menggunakannya untuk beribadah dan beribadah kepada-Nya. Dia telah memberi kita kelimpahan, kemakmuran, tanpa menjadi sombong tentang hal itu, kita harus mempergunakannya di jalan Allah. Jika kita menggunakan kapasitas dan kemampuan yang diberikan Tuhan sesuai dengan ajaran Tuhan maka itu adalah ungkapan rasa syukur.”