Oleh: Mln. C. Sofyan Nurzaman Wahhab
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya bagi kamu dalam diri Rasulullah terdapat suri teladan yang terbaik untuk orang-orang yang mengharapkan bertemu dengan Allah dan Hari Akhir dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21)
Belakangan ini banyak terjadi permasalahan yang berkaitan dengan rumah tangga. Seperti pertengkaran suami-istri, kekerasan dalam rumah tangga, perceraian, perselingkuhan, dan kenakalan anak remaja.
Tentu saja, peristiwa-peristiwa tersebut sangat memprihatinkan kita semua. Apalagi dengan adanya kemajuan teknologi informasi saat ini begitu cepat berita-berita tersebar melalui media sosial dan menjadi konsumsi publik sehari-hari. Kadang-kadang konflik rumah tangga seperti itu bisa membawa pengaruh buruk bagi generasi muda yang akan datang.
Dalam era keterbukan informasi dan perkembangan zaman seperti yang sedang kita alami ini. Kita tidak bisal lari dari kenyataan dan berdiam diri menerima keadaan yang sedang terjadi. Justru, saatnya kita melakukan usaha dan upaya mencoba mencari jalan keluar terbaik dalam menghadapi masalah seperti ini.
Oleh karenanya, perselisihan yang sering terjadi dalam rumah tangga perlu sekali mendapatkan perhatian yang khusus. Kalau tidak, bagaimana mungkin rumah tangga yang diharapkan harmonis serta bahagia di dunia dan akhirat dapat terwujud.
Sebenarnya Allah Ta’ala telah mengutus seorang nabi yang paripurna dan insan terbaik sepanjang masa, yakni Nabi Muhammad saw.. Dalam sisi-sisi kehidupan beliau saw. terdapat banyak teladan yang dapat dicontoh oleh umat manusia. Namun, karena kemajuan zaman dan kecintaan pada dunia begitu besar di akhir zaman ini.
Kebanyakan orang telah melupakan pendidikan akhlakul karimah yang diajarkan oleh Nabi saw. Jadi, bila kita kembali kepda ajaran Islam yang sejati. Sesunggunya, Allah Ta’ala telah memberikan resep terbaik sebagai obat dalam membangun rumah tangga yang benar, yakni solusi terbaik dalam mengatasi permasalah yang terjadi dalam rumah tangga adalah teladan kehidupan nabi saw. dalam berumah tangga.
Kenapa teladan Rasulullah saw. ini begitu penting untuk dicontoh, karena sudah terbukti dalam sejarah kehidupan manusia bahwa kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad saw. adalah yang terbaik sepanjang sejarah kehidupan manusia. Dalam kehidupan rumah tangga beliau saw. banyak sekali terdapat model tarbiyat yang baik bagi umat manusia dan tetap berlaku sepanjang zaman. Tidak ada sosok kehidupan yang lebih penting dan contoh terbaik di dunia ini yang bisa kita ambil manfaatnya selain dari kehidupan suci rumah tangga Nabi Muhammad saw.
Untuk memahami bagaimana teladan kehidupan rumah tangga nabi Muhammad saw. maka kita perlu memahami terlebih dahulu sosok pribadi Nabi Muhammad saw. secara pisyik. Dikarenakan kita hidup jauh dari zaman Rasulullah saw. sehingga tidak sempat berjumpa dengan beliau saw., maka untuk mengetahui gambaran pribadi beliau saw. kita akan mendapatkan gambaran tersebut dari para sahabat beliau saw. yang hidup dan bergaul dengan Rasulullah saw. Diantaranya yang diriwayatkan oleh Hadhrat Ali bin Abi Thalib ra.dan Hadhrat Abu Hurairah ra.:
“Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak. Dia tidak berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, dia berperawakan baik dan tegak. Warna kulit dia cerah, mata dia hitam dengan bulu mata yang panjang. Sendi-sendi tulang dia kuat dan dada dia cukup kekar, demikian pula tangan dan kaki dia.
Badan dia tidak berbulu tebal, tetapi hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar dia. Jika dia sedang berhadapan dengan seseorang, maka dia akan mengarahkan wajah dia ke orang tersebut (penuh perhatian). Di antara tulang belikat dia “tanda” kenabian dia.
Dia adalah orang yang paling baik hati, orang yang paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baik keturunan. Siapa saja yang mendekati dia akan langsung merasa hormat dan khidmat. Dan siapa yang bergaul dengan dia akan langsung menghargai dan mencintainya. Saya belum pernah melihat orang lain seperti dia.” (Riwayat dari Ali bin Abi Thalib).
“Rasulullah begitu rupawan, seperti dia dibentuk dari perak. Rambut dia cenderung berombak. Abu Hurairah (ra) juga meriwayatkan: Saya belum pernah melihat orang yang lebih baik dan lebih tampan dari Rasulullah (saw); roman mukanya secemerlang matahari, juga tidak pernah melihat orang yang secepat dia.
Seolah-olah bumi ini digulung oleh langkah-langkah dia ketika sedang berjalan. Walaupun kami berusaha untuk mengimbangi jalan dia, tetapi dia tampaknya seperti berjalan santai saja.” (Diriwayatkan oleh Abu Hurairah).
Gambaran jasmani Nabi Muhammad saw. yang diungkapkan oleh para sahabat begitu sempurna sebagai sosok seorang insan kamil. Dengan mengetahui keadaan jasmani Rasulullah saw., kita akan lebih mengenal bagaimana sebenarnya kehidupan pribadi Nabi Muhammad saw.. khususnya dalam mengarungi kehidupan berumah tangga.
Untuk mengenal keluhuran akhlak Nabi Muhammad saw. dalam kehidupannya kita bisa mengetahui dari murid rohani beliau saw. yakni Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., beliau as. bersabda:
“Nur tersebut hanya bagi wujud suci yang contoh kehidupannya demikian sempurna sebagai penghulu dan junjungan kita. Penghulu segala nabi, penghulu semua makhluq hidup, yang terpilih Muhammad saw.. Nur tersebut dikaruniakan kepada manusia suci ini dan sejalan dengan derajat mereka, juga kepada mereka yang memiliki warna yang mendekati sama dengan beliau saw.
Keagungan demikian terdapat dalam bentuknya yang paling sempurna dalam wujud penghulu, junjungan dan pembimbing kita, yang suci Rasulullah, Muhammad saw. sebagai insan yang terpilih.“(Ayena Kamalati Islam, Rohani Khazain, Vol. 5, hal. 160-162, London, 1984)
“Aku selama ini menduga-duga sebenarnya berapa tingginya derajat nabi dari bangsa Arab yang bernama Muhammad saw. ini. Tidak akan ada yang bisa mencapai ketinggian derajat beliau saw. dan tidak ada manusia yang akan mampu menduga secara tepat keluhuran kerohanian beliau saw. Sayang sekali belum semua manusia mengakui hal itu sebagaimana mestinya…” (Haqiqatul Wahy, Rohani Khazain, Vol.22, hal. 118-119, London , 1984)
“Di bawah langit ini hanya ada satu Rosul dan hanya ada satu Kitab. Rosul itu adalah Hadhrat Muhammad saw. yang lebih luhur dan agung serta paling sempurna dibanding semua Rosul. Beliau saw. adalah Khotaman nabiyiin, manusia yang terbaik dimana jika kita meneladaninya, maka kita akan bertemu dengan Allah swt. dan semua tabir kegelapan akan terangkat serta kita akan bisa menyaksikan keselamatan haqiqi bahkan ketika masih di dunia ini…” (Barahin Ahmadiyah, Rohani Khazain, Vol.1, hal 557-558, London, 1984)
I. Dasar Membangun Rumah Tangga Islami yang Dicontohkan Nabi saw.
1) Setiap menyampaikan khutbah Nikah nabi Muhammad saw. senantiasa membacakan 3 ayat suci Al-Quran yang menasihakan agar landasan dari pernikahan itu adalah takwa kepada Allah Ta’ala:
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu Yang menciptakan kamu dari satu jiwa dan darinya Dia menciptakan jodohnya, dan mengembang-biakan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan; dan bertakwalah kepada Allah swt. yang dengan nama-Nya kamu saling bertanya, terutama mengenai hubungan tali kekerabatan. Sesungguhnya Allah swt. adalah pengawas atas kamu.”(An-Nisa: 1)
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.Dia akan memperbaiki bagimu amal-amalmu dan akan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia akan meraih kemenangan besar.”(Al-Ahzab: 70-71)
“Hai, orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah; dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang didahulukan untuk esok hari, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Hasyr: 18)
Hz. Masih Mau’ud as. menguraikan tentang takwa, beliau as. bersabda: “ Takwa adalah sebuah pohon yang harus ditanam dalam hati, air yang mengalir dari takwa, dialah yang dapat menyirami seluruh kebun. Takwa adalah suatu urat tunggal, kalau ini tidak aada, semua akan percuma; dan kalau ini ada, semuanya pun ada.”(Al-Wasyiat, JAI, 2008, h.18)
2) Tujuan pernikahan ada 4 menurut Al-Quran adalah sebagai berikut:
- a) Pencegahan terhadap penyakit-penyakit jasmani, akhlak dan rohani (Q.S. 2:187 & 4:24)
- b) Mendapatkan ketentraman hati dan untuk memperoleh seorang teman hidup yang mau mencurahkan cinta kasihnya (Q.S.30:21)
- c) Mendapatkan keturunan (Q.S.4:3)
- d) Memperluas lingkup kekeluargaan (Q.S.4:1)
3) Rasulullah saw. menasihati tentang bagaimana mencari istri yang baik, beliau saw. bersabda:
“Wanita dinikahi karena empat perkara, karena kekayaannya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya, maka pilihlh wanita yang taat beragama, nicaya engkau beruntung.” (H.R. Bukhari, no.5090, kitab an-nikah).
Dari nasihat nabi saw. tersebut jelas sekali bahwa pondasi utama dalam mencari pasangan hidup adalah karena agamanya. Karena memang bila seseorang memiliki iman dan keyakinan agamanya sangat kuat dan baik, maka boleh dipastikan ia akan menjadi pasangan hidup yang membawa brkat di dunia dan akhirat. Tetapi bukan berarti kriteria yang lainnya diabaikan. Bahkan akan sangat baik bila kita mendapatkan calon pasangan hidup yang memenuhi semua kriteria yang disampaikan oleh nabi saw.
II. Perlakuan Nabi Muhammad saw. terhadap istri
Dalam berumah tangga Rasulullah saw. sangat menghormati kedudukan seorang istri. Semua istri beliau saw. diperlakukan dengan penuh hormat dan cinta. Di sini diuraikan beberapa riwayat yang menggambarkan bagaimana prilaku dan sikap Nabi Muhammad saw. terhadap istri-istri beliau saw. diantaranya sbb.:
1) Berbincang dengan istri pada malam hari
“Hadis riwayat Bukhari menjelaskan bahwa Rasulullah kerap berbincang-bincang dengan istrinya Aisyah pada malam hari. ‘Adalah dahulu Nabi shallallahu alaihi wa sallam jika berkumpul bersama Aisyah Radhiallahu anhaa di malam hari, maka Rasulullah berbincang-bincang dengan putri Abu Bakar Radhiallahu anhumma” (HR.Bukhari)
2) Rasulullah SAW suka membantu pekerjaan rumah tangga
“Aisyah binti Abu Bakar Radhiallahu anhumma pernah ditanya oleh salah seorang sahabat. ‘Apakah yang Nabi lakukan ketika berada di rumah bersama istrinya?’ ‘Dahulu Nabi biasa membantu pekerjaan rumah keluarganya,’ tutur Aisyah ra.” (HR Bukhari).
3) Rasulullah menyatakan rasa cinta pada istri secara verbal
“Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah bertutur: “Aku diberi rizki berupa rasa cinta kepada istriku” (HR Muslim)4) Rasulullah tidak pernah membenci istrinya“Nabi Muhammad shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah seorang mukmin benci kepada seorang wanita mukminah (istrinya), jika ia membenci sebuah sikap (akhlak) istrinya maka ia akan ridho dengan sikapnya (akhlaknya) yang lain” (HR Muslim)
5) Rasulullah sama sekali tidak pernah memukul istrinya
“Aisyah Radhiallahu anhaa pernah bertutur: Suamiku tidak pernah memukul istrinya meskipun hanya sekali” (HR Nasa’i)
6) Rasulullah selalu menghibur kesedihan istri
“Suatu saat Shafiyah safar bersama Rasulullah, saat itu adalah hari gilirannya. Dia ketinggalan (rombongan) karena untanya berjalan lambat, lalu menangis. Maka Rasulullah datang mengusapkan air mata dengan kedua tangannya kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis.” (HR Nasa’i)
7) Rasulullah tak suka membebani istrinya
“Aisyah berkata: “Rasulullah mengerjakan apa yang biasa dikerjakan salah seorang kalian di rumahnya. Beliau menambal sandalnya, menambal bajunya dan menjahitnya.” (HR.Bukhari)
8) Rasulullah saw. Melayani Istrinya
“Aisyah ditanya tentang apa yang diperbuat Nabi Muhammad saw. ketika di rumah. Ia jawab:” Di rumah beliau melayani istri.” (H.R. Bukhari)“
Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Lelaki yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
III. Nabi Muhammad saw. sebagai Ayah, Kakek, Mertua dan Suami terbaik
Rasulullah saw. juga membuktikan dirinya sebagai orang yang terbaik bagi keluarganya sebagaimana beliau saw. bersabda: “Sebaik-baik diantara kamu adalah yang terbaik kepada keluarganya, dan aku adalah sebaik-baik diantara kamu terhadap keluargaku” (H.R. Tirmidzi)
Tentunya bagi semua umat Islam yang patut dijadikan contoh sebagai suami, ayah, kakek dan mertua yang terbaik adalah Rasulullah saw. Keagungan akhlak beliau saw. terhadap keluarga sangat diakui oleh keluarga, sahabat, umat bahkan musuh sekalipun. Jadi sudah selayaknya jika kita menjadikan beliau saw. sebagai teladan, karena memang tidak kita temukan di dunia ini wujud manusia yang sempurna selain nabi Muhammad saw.
a. Ayah Terbaik
Rasulullah saw. merupakan ayah terbaik bagi anak-anaknya. Beliau saw. sangat memperhatikan anak-anaknya sejak kecil hingga mereka sudah berumah tangga. Perhatian dan cinta kasih kepada anaknya tidak pernah terhenti dan terus berlanjut hingg akhir hayat beliau saw.
b. Mertua Pengertian
Rasulullah saw. pun sebagai contoh mertua yang sangat pengertian dan baik kepada mantunya. Beliau saw. memperlakukan mantunya seperti anak-anaknya sendiri dan sangat menyayangi mereka. Hz. Ali bin Abi Thalib suami dari Hz. Fatimah ra. sangat merasakan dan mengetahui betul bagaimana perhatian dan kebaikan Nabi saw. kepada beliau ra.
c. Kakek Penyayang
Rasulullah saw. juga sebagai kakek dari cucu-cucu beliau saw. yang sangat terkenal Hasan dan Husen. Bagaimana beliau saw, memperlakukan cucunya yang begitu disayanginya dan dicintainya. Beliau saw. menjadi contoh terbaik sebagai kakek dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Banyak riwayat yang menguraikan sifat penyayang beliau saw. terhadap cucuya.
d. Suami teladan
Nabi Muhammad saw. dikenal sebagai suami teladan bagi semua istrinya. Setiap istri beliau saw. merasakan kecintaan dan kasih sayang beliau saw. Bahkan dalam kehidupan rumah tangganya, Rasulullah saw. sering kali membantu pekerjaan istrinya. Keteladanan beliau saw. sebagai suami dapat diketahui dari riwayat-riwayat. Oleh karena itu hendaknya para suami bisa mencontoh beliau saw. menjadi suami terbaik bagi istrinya.
IV. Tarbiyat Nabi Muhammad saw. terhadap anak keturunan
Selain kedudukan istri yang sangat dihargai oleh Rasulullah saw., begitu juga anak-anak pun sangat dihormati dan diperlakukan dengan baik oleh Nabi Muhammad saw. Dalam kesempatan ini akan saya uraikan beberapa peristiwa dan pelajaran yang diberikan oleh beliau saw. terhadap anak-anaknya. Diantaranya sbb.:
1) Tidak mengekang anak bermain
“Diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Pada suatu hari aku melayani Rasulullah. Setelah tugasku selesai, aku berkata dalam hati, ‘Rasulullah pasti sedang istirahat siang.’ Akhirnya, aku keluar ke tempat anak-anak bermain. Aku menyaksikan mereka sedang bermain.
Tidak lama kemudian, Rasulullah datang seraya mengucapkan salam kepada anak-anak yang sedang bermain. Beliau lalu memanggil dan menyuruhku untuk suatu keperluan. Aku pun segera pergi untuk menunaikannya, sedangkan beliau duduk di bawah sebuah pohon hingga aku kembali.” (HR. Ahmad).
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Aku dahulu pernah bermain boneka di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam. Aku memiliki beberapa sahabat yang biasa bermain bersamaku. Ketika Rasululah shallallahu ‘alaihi wa salam masuk dalam rumah, mereka pun bersembunyi dari beliau. Lalu beliau menyerahkan mainan padaku satu demi satu lantas mereka pun bermain bersamaku.” (HR. Bukhari).
2) Mengejarkan tata cara sholat
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun dan pukullah mereka jika enggan melakukannya pada usia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Ahmad).
3) Mengajarkan ibadah puasa
Diriwayatkan dari Ar-Rubayyi’ bintu Mu’awwidz, salah satu perempuan shalehah sahabat Rasul saw. Ia berkata: “Kami menyuruh puasa anak-anak kami. Kami buatkan untuk mereka mainan dari perca. Jika mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepadanya hingga tiba waktu berbuka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
4) Mengajarkan anak untuk berbakti kepada orang tua
Diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallahu ‘anha: “Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam cara bicara maupun duduk daripada Fathimah.”
‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Fathimah datang, beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau.
Begitu pula apabila Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang padanya, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggandeng tangannya, lalu menciumnya.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).
5) Berlaku adil kepada anak perempuan dan laki-laki
Dari Nu’man bin Basyir, beliau pernah datang kepada Rasulullah lalu berkata, “Sungguh, aku telah memberikan sesuatu kepada anak laki-lakiku yang dari Amarah binti Rawwahah, lalu Amarah menyuruhku untuk menghadap kepadamu agar engkau menyaksikannya, ya Rasulullah.”
Lalu Rasulullah bertanya, “Apakah engkau juga memberikan hal yang sama kepada anak-anakmu yang lain?” Ia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kamu kepada Allah dan berlaku adillah kamu diantara anak-anakmu.” Nu’man pun mencabut kembali pemberiannya.” (HR. Bukhari).
Diriwayatkan dari Aisyah ra: bahwa Asma’ binti Abi Bakar menemui Rasulullah saw. dengan kondisi ia berpakaian pendek, aka berpalinglah Rasulullah. saw seraya berkata, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita, apabila telah baligh, tidak pantas terlihat kecuali ini dan ini (beliau menunjuk wajah dan kedua telapak tangannya).” (HR. Abu Daud)
6) Mengajari adzan untuk anak laki-laki
Abu Mahdzurah bercerita: Aku bersama 10 orang remaja berangkat bersama Rasulullah dan rombongan. Pada saat itu, Rasulullah adalah orang paling kami benci. Mereka kemudian menyerukan azan dan kami yang 10 orang remaja ikut pula menyerukan azan dengan maksud mengolok-ngolok mereka. Rasulullah bersabda, ‘Bawa kemari 10 orang remaja itu!’ Beliau memerintahkan,‘Azanlah kalian!’ Kami pun menyerukan azan.
Kemudian selesai azan, Rasulullah bersabda: ‘Alangkah baiknya suara anak remaja yang baru kudengar suaranya ini. Sekarang pergilah kamu dan jadilah juru azan buat penduduk Mekkah.’ Beliau bersabda demikian seraya mengusap ubun-ubun Abu Mahdzurah, kemudian beliau mengajarinya azan dan bersabda kepadanya: Tentu engkau sudah hafal bukan?’ Abu Mahdzurah tidak mencukur rambutnya karena Rasulullah waktu itu mengusapnya. (HR. Ahmad, Musnadul Makkiyah).
7) Menganyomi dengan baik Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengayomi anak-anaknya. Khususnya anak perempuan. Sebab perempuan cenderung lemah dan membutuhkan perlindungan. Mengayomi disini berarti memberikan perhatian, menjaga dan merawat dengan baik hingga anak tumbuh dewasa.
“Barangsiapa yang mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa. Maka ia akan datang pada hari kiamat bersamaku.” Kemudian Anas bin Malik berkata: Nabi menggabungkan jari-jari jemari beliau.” (HR Muslim).
8) Tidak memisahkan anak dan ibunya
“Abu Ayyub lalu mengatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa memisahkan antara seorang ibu dan anaknya, niscaya Allah akan memisahkan antara dia dan orang-orang yang dicintainya pada hari kiamat.” (HR. Tirmidzi).
9) Memberikan hadiah
“Rasulullah pernah membariskan Abdulullah, Ubaidillah dan sejumlah anak-anak pamannya, Al Abbas, dalam suatu barisan, kemudian beliau bersabda: “Siapa yang paling dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan (hadiah) ini. Mereka pun berlomba lari menuju tempat Rasulullah berada. Setelah mereka sampai di tempat beliau, ada yang memeluk punggung dan ada pula yang memeluk dada beliau. Rasulullah menciumi mereka semua serta menepati janji kepada mereka.” (Majmu’uz Zawaid).
V. Nasihat Hadhrat Masih Mau’ud as.dalam rumah tangga
“Hubungan yang kedua adalah kedekatan pasangan antar manusia yang diperkuat di antara Adam as. dan Siti Hawa sehingga cinta dan kasih saying bersinar kuat di antara mereka berdua lebih terang daripa dengan yang lainnya. Adalah karena seperti inilah, maka mereka ini tertarik kepada istri-istri mereka.
Ini merupakan tanda bahwa mereka ini memiliki ruh kasih sayang dengan umat manusia sebagaimana juga ditegaskan dalam salah satu Hadist” Yang terbaik dari antara kalian adalah mereka yang berprilaku baik terhadap para istrinya.” Hal ini sama dengan menyatakan bahwa salah satu dari kalian yang paling kasih dan sayang terhadap umat manusia adalah ia yang berprilaku baik terhadap istrinya.
Seseorang yang memperlakukan istrinya dengan kasar tidak mungkin bersikap sayang terhadap orang lain. Karena Tuhan setelah menciptakan Adam as. telah menjadikan istrinya sebagai sasaran kasihnya yang pertama. Oleh karena itu, barang siapa yang tidak mencintai istrinya atau tidak memiliki istri untuk disayang, tidak akan mungkin mencapai status sebagai manusia sempurna dan tidak memiliki salah satu persyaratan sebagai pemberi syafaat. Bahkan, misalnya pun ia itu tidak mempunyai dosa, tetap saja ia tidak bisa berlaku sebagai perantara.
Seorang laki-laki yang menikahi seorang wanita telah meletakan pondasi kasih sayang terhadap umat manusia dalam dirinya sendiri, karena seorang istri menjadi sarana pengembangan lingkaran hubungan yang melebar dan ketika anak-anak kemudian dilahirkan diantara mereka, maka lingkaran ini menjadi bertambah lebar lagi.
Dengan cara demikian maka seseorang menjadi terbiasa pada kasih dan sayang dimana ketika lingkaran kebiasaanya itu melebar, maka simpatinya terhadap orang lain juga menjadi lebih luas. Adapun mereka yang menganut hidup selibat (tidak kawin) tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kebiasan tersebut dan karenanya hatinya lalu menjadi kering dan keras. ” (Review of Religions, Urdu, Vol.I, Hal.175-184)
Demikianlah uraian tentang suri teladan Nabi Muhammad saw. dalam berumah tangga yang dapat disampaikan, semoga teladan beliau bisa menjadi solusi terbaik bagi generasi muda yang akan membangun rumah tanggaya di masa akan datang. Semoga kita dapat mengambil manfaat dan pelajaran yang terbaik dari sisi kehidupan berumah tangga Rasulullah saw. Amiin.